PT Kontak Perkasa - Indonesia punya banyak pebalap berbakat. Namun, jarang ada pebalap Indonesia yang mendunia. Menurut pereli nasional Rifat Sungkar, pebalap berbakat dari Indonesia kurang mendapat perhatian dari pihak terkait
Rifat yang juga Wakil Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) pebalap Indonesia dihadapi segala keterbatasan. Atlet motorsport setidaknya membutuhkan 2 hal utama. Yang pertama adalah kendaraan balap beserta teknologinya, dan kedua adalah perangkat keselamatan yang melindungi pembalap dari risiko fatal saat menekuni motorsport. Menurut Rifat, mendatangkan peralatan untuk balapan dari luar negeri tidak mudah dan jauh dari murah. Banyak pebalap Indonesia yang kemudian hanya mampu membeli kendaraan balap bekas dengan teknologi yang sudah ketinggalan. Karena bekas, spare partnya pun tidak selalu tersedia. Akibatnya terjadilah kanibal dari mobil sejenis. "Untuk membangun satu mobil balap, pembalap sampai harus membeli tiga mobil bekas. Yang satu dipakai untuk balapan, sementara yang dua dipreteli spare partnya untuk dijadikan cadangan jika ada yang rusak," kata Rifat dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom. Rifat menyayangkan bibit-bibit pebalap lokal yang bermunculan dari kejuaraan nasional tidak dapat berkembang dengan baik. Salah satu penyebabnya karena sulit mendapatkan kendaraan balap yang dapat mengasah mereka menghadapi kejuaraan tingkat dunia. Hal kedua yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan perangkat keselamatan bagi pebalap. Tidak hanya yang menempel di badan pebalap, namun juga yang ada pada kendaraan balap, entah itu material maupun teknologinya. Rifat menyoroti insinden yang dialami Sean Galael dan Ketua MPR Bambang Soesatyo saat berlomba di ajang Sprint Rally Meikarta akhir pekan lalu. Salah satu yang menjadi perhatian adalah kondisi keduanya yang dapat keluar dari mobil tanpa cedera berarti, meski mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan parah. "Motorsport itu olahraga yang sangat berbahaya, oleh karena itu diperlukan peralatan yang dapat melindungi pebalap dari risiko fatal," ujar Rifat. Rifat mengaku merinding melihat rekaman kecelakaan yang dialami Sean dan Bamsoet. Menurut dia, selamatnya Sean dan Bamsoet dari kecelakaan parah itu tidak lepas dari canggihnya peralatan keselamatan yang ada di mobil Citroen C3. Citroen C3 itu didatangkan langsung dari luar negeri dengan safety device yang mumpuni. "Mobil yang ditunggangi Sean dirancang untuk balapan dan dilengkapi dengan safety device yang sesuai. Jika mobil yang dtunggangi adalah mobil balap dengan teknologi lama yang peralatan safety-nya juga sudah usang, mungkin hanya bisa berserah kepada Tuhan," ucap Rifat. Kata dia, jangan berharap pebalap Indonesia dapat berbicara di arena dunia jika peralatan yang dipakai saja masih seadanya. Pihak-pihak terkait sudah harus memikirkan cara bagaimana pembalap Indonesia dapat memperoleh peralatan dengan lebih mudah. Menurut Rifat salah satu cara adalah dengan mengubah beberapa aturan yang terkait dengan import kendaraan dan spare-partnya. Misalnya larangan jual beli blok mesin baru, berbelitnya aturan import mobil untuk balapan, juga pengenaan pajak yang tinggi untuk spare part peralatan keselamatan balap. "Sebagai insan motorsport, saya pribadi memohon pemerintah untuk dapat memperhatikan kebutuhan olahraga balap ini. Mungkin lewat pelonggaran aturan yang memudahkan insan motorsport mendapatkan kendaraan dan peralatan balap. Apa yang saya minta ini semata untuk meningkatkan prestasi balap tanah air sekaligus dapat melindungi dari risiko fatal yang kami hadapi," papar Rifat. Meningkatkan prestasi atlet motorsport dengan memberi kemudahan bagi mereka dalam memperoleh kendaraan dan peralatan balap yang dapat melindungi mereka dari risiko fatal. - PT Kontak Perkasa Sumber : detik.com
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
October 2018
Categories |